(Ditulis oleh Ishom Dhiya’uddin dan Patricia Michella Rumbewas)

Kasus pembakaran sekolah yang terjadi di Temanggung, Jawa Tengah, sempat menghebohkan jagat dunia maya di paruh awal bulan Juli lalu. Bagaimana tidak, pelaku merupakan seorang siswa di SMP Negeri 2 Pringsurat. Mirisnya, pelaku masih berada di bawah umur, yakni berusia 13 tahun. Pelaku nekat membakar sekolahnya lantaran merasa dirundung oleh teman dan guru di sekolahnya. Pelaku berinisial R menuturkan bahwa dia sering diejek dan pernah dikeroyok oleh beberapa teman sekolahnya tanpa alasan yang jelas. Pelaku R telah melaporkan tindakan perundungan ini kepada guru, tetapi tidak ditindaklanjuti. Pelaku R juga pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan oleh oknum guru karena menyobek tugasnya tanpa penjelasan apa pun. Walaupun pelaku R memang terkenal problematik dan suka mencari perhatian, tetapi perilaku perundungan yang dilakukan oleh teman sekolahnya dan oknum guru tidak dapat dibenarkan. Perundungan dapat berdampak kepada kesehatan mental dari seseorang apalagi pada umur yang masih belia.

Menurut studi dari PISA (Program Penilaian Pelajar Internasional) pada tahun 2018, 41% pelajar berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam satu bulan. Selaras dengan data tersebut, jajak pendapat dari U-Report terhadap 2.777 anak muda berusia 14—24 tahun menunjukkan bahwa 45% dari responden pernah mengalami perundungan daring. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perundungan yang terjadi di Indonesia sangat tinggi, bahkan terindikasi masih banyak kasus perundungan lain yang tidak terlaporkan atau terdata karena ketidaktahuan korban dalam melaporkan. Kenapa kasus perundungan baik secara langsung maupun melalui dunia maya ini kerap kali terjadi?

Dilansir dari laman Alodokter.com, terdapat beberapa penyebab terjadinya perundungan, mulai dari pengaruh pergaulan yang kurang baik hingga kurang empati dan perasaan dari pelaku. Pengaruh dari pergaulan yang tidak terkontrol menyebabkan perilaku anak berubah menjadi keras dan kasar. Hal ini dapat melahirkan bibit-bibit pelaku perundungan sejak dini. Kurangnya empati juga dapat menyebabkan terjadi perundungan karena pelaku tidak dapat merasakan perasaan korban dan memosisikan dirinya sebagai korban. Oleh karena itu, ia merasa tidak masalah untuk merundung seseorang yang dirasa lebih rendah baik fisik, jenis kelamin, maupun status sosialnya.

Pergaulan yang salah dan kurang empati dapat membuat seseorang terbiasa dalam melakukan komunikasi dengan cara yang kurang bijak dan tepat, yakni berbicara secara tidak sopan dan kasar. Penggunaan bahasa yang kasar, yaitu bahasa yang tidak sopan dan santun merupakan contoh dari bahasa yang buruk. Semakin maraknya penggunaan bahasa yang buruk akan berdampak pada naiknya tingkat perundungan di Indonesia. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengurangi kasus perundungan di negeri tercinta ini?

Penggunaan bahasa yang baik merupakan salah satu contoh termudah yang dapat diterapkan untuk mengurangi perundungan di Indonesia. Mungkin akan terbesit dalam benak kita, “lalu bahasa yang baik seperti apa?”. Dikutip dari ucapan Ivan Lanin saat mengisi Pembekalan Finalis Duta Bahasa Nasional Tahun 2023, “bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteksnya, yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, dan status sosial lawan berbicara”. Pria berusia 48 tahun yang kerap disapa Uda Ivan ini menjabarkan bahwa bahasa yang baik bukan selalu terkait bahasa baku atau sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saja, tetapi juga terkait bagaimana kita memilih kata-kata yang sesuai dengan target atau lawan bicara. Dengan menggunakan bahasa yang baik, yakni sopan dan santun menyesuaikan dengan lawan bicara, perundungan dapat dicegah.

Bahasa yang sopan dan santun adalah bahasa yang dalam proses penuturan dan pemilihan katanya tidak menyinggung seseorang dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat yang berlaku. Penggunaan diksi dan kalimat harus menyesuaikan dengan target atau lawan bicara sehingga ucapan yang dilontarkan tidak menyalahi adab, norma, atau nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat. Seperti menggunakan bahasa yang lebih sopan kepada orang yang lebih tua atau kita hormati, bukan menggunakan bahasa kasar yang biasa kita gunakan kepada teman dekat atau sahabat. Tentunya penggunaan bahasa yang baik, yaitu sopan dan santun, akan meminimalisasi terjadinya ketersinggungan atau sakit hati yang mungkin dirasakan oleh lawan bicara.

Duta Bahasa Provinsi Sulawesi Utara  sebagai generasi muda telah melaksanakan program Krida Bahasa bertajuk “Adibasa” yang bermakna bahasa yang baik. Adibasa, yang memiliki jargon “santun bertutur, bijak berbahasa”, adalah sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk terus menggunakan bahasa yang baik, yaitu bahasa yang sopan dan santun, guna mengurangi dan mencegah terjadinya perundungan di masyarakat. Adibasa memiliki 3 program kerja utama, yaitu Adiwara, Adigram, dan Adiaga.

Adiwara adalah bentuk pendayagunaan masyarakat sekitar, khususnya para akademisi, agar dapat menjadikan mereka seorang pionir yang nantinya dapat menyebarkan semangat penggunaan bahasa yang baik kepada lingkungan sekitarnya. Adiwara diadakan dengan konsep gelar wicara (talkshow) yang telah diselenggarakan di 2 lokasi berbeda dan menggandeng 2 komunitas akademisi berbeda. Adiwara pertama diselenggarakan di Kantor Nutrihub Manado bersama dengan komunitas Aksara Manado. Antusiasme peserta sangat tinggi hingga membuat panitia harus menyediakan tempat duduk tambahan untuk peserta yang ingin mengikuti gelar wicara yang bertemakan “bahasa penentu dirimu” ini. Hal ini disebabkan peserta, yang mayoritas merupakan mahasiswa, sangat tertarik dengan pembahasan yang diangkat mengenai bahasa yang sopan dan santun, yang tentunya akan bermanfaat untuk mereka dalam hal komunikasi dengan dosen. Selanjutnya, Adiwara kedua diselenggarakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kotamobagu dan dihadiri oleh pegawai KPP yang sedang tidak bertugas atau sedang cuti. Minat dari pegawai KPP dalam mengikuti rangkaian kegiatan cukup besar dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi para pegawai dalam melakukan komunikasi dengan orang lain sehingga mereka menggunakan dan memilih diksi yang sesuai dengan lawan bicara guna menghindari kesalahpahaman dan perundungan dengan rekan kerja.

Foto 1 Pelaksanaan Adiwara bersama dengan komunitas Aksara Manado

Adigram adalah sebuah program yang dijalankan secara daring melalui media sosial yaitu Instagram. Adigram berbagi beberapa infografis terkait penggunaan bahasa yang baik dan video pendek yang menarik berisi sedikit tip untuk penonton dalam berkomunikasi yang baik dan sopan. Video pendek berbentuk tip dalam berkomunikasi ini bertujuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas lagi, khususnya warganet yang berdomisili di luar Sulawesi Utara guna meningkatkan tingkat literasi berbahasa yang baik. Selain itu, Adigram juga merupakan bentuk komitmen Duta Bahasa Provinsi Sulawesi Utara dalam mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi dan media social yang ada, karena dampak media social cukup besar untuk masyarakat khususnya kawula muda.

Terakhir adalah Adiaga, kegiatan dimana Duta Bahasa Provinsi Sulawesi Utara terjun langsung ke masyarakat untuk memperkenalkan permainan ular tangga kebahasaan kepada anak-anak di sekitar Kota Manado. Ular tangga kebahasaan adalah sebuah bentuk permainan papan yang menarik serta edukatif. Pemain dapat bermain serta belajar terkait bahasa, khususnya bahasa yang baik. Adiaga telah dilaksanakan di beberapa tempat berbeda, yaitu Malalayang Beach Walk, Lapangan KONI, Lapangan Tikala, dan Taman Kesatuan Bangsa. Salah satu tujuan utama Adiaga ialah mengedukasi generasi muda agar mengetahui, memahami, serta mempraktikkan bahasa yang baik. Anak-anak tidak perlu khawatir apabila mereka ingin bermain ular tangga kebahasaan dengan keluarga di rumah. Adiaga menyajikan dan mengizinkan peserta anak-anak untuk dapat mengunduh permainan tersebut melalui sebuah kode respons cepat (QR Code) sehingga anak-anak dapat memainkan permainan ular tangga kebahasaan di mana saja dan kapan saja. Sejak artikel ini dibuat, masyarakat yang telah mengunduh permainan ular tangga kebahasaan sebanyak 151 orang yang berasal dari masyarakat Sulawesi Utara dan beberapa provinsi lainnya.

Foto 2 Kegiatan Adiaga bersama anak-anak di Malalayang Beach Walk

Kalian penasaran dengan keseruan konten dan keberlanjutan dari program utama Adibasa? Untuk itu, kalian dapat mengikuti akun resmi Adibasa, yaitu @adibasa.official, karena di akun itulah kami akan mengunggah konten menarik lainnya dan memberikan kabar terkait program kerja kami selanjutnya.

Dari ketiga program kerja utama dari Adibasa, kami berharap Adibasa dapat menjadi sebuah langkah awal, yang nantinya akan menjadi efek bola salju (snowball effect) sehingga dapat merangkul banyak orang dan mengubah pola pikir partisipan agar menggunakan bahasa yang baik yaitu bahasa yang sopan dan santun, yang nantinya akan dapat membawa perubahan masif untuk menjadikan NKRI tercinta ini bebas dari perundungan.

Daftar Pustaka

Nasional.tempo.co (2023). “Siswa Bakar Sekolah di Temanggung, Polisi: Racik Sendiri Cairan untuk Membakar”. Diakses pada 4 September 2023, dari https://nasional.tempo.co/read/1742456/siswa-bakar-sekolah-di-temanggung-polisi-racik-sendiri-cairan-untuk-membakar

Unicef.org (2020). “Perundungan di Indonesia”. Diakses pada 4 September 2023, dari https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak%20di%20Indonesia.pdf

Alodokter.com (2023). “9 Penyebab Bullying dan Cara Mencegahnya”. Diakses pada 4 September 2023, dari https://www.alodokter.com/9-penyebab-bullying-dan-cara-mencegahnya

Ivan Lanin (2023). “Pembekalan Duta Bahasa Nasional Tahun 2023”.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *