Pisah Sambut Kasubbag Lama dan Baru Balai Bahasa Sulut

Pisah Sambut Kasubbag Lama dan Baru Balai Bahasa Sulut

Pergantian pejabat merupakan hal yang sangat lumrah di satu institusi, seperti yang terjadi di Balai Bahasa Sulawesi Utara.  Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Greis Rantung ditugasi ke kantor yang lain yang masih dalam satu kementerian.  Pengganti Bu’ Greis adalah Pak Joko Siswanto, pisah sambut di Balai Bahasa Sulut diadakan hari kamis 15 Februari 2018.  Terima Kasih Bu Greis atas dedikasinya selama ini, selamat datang Pak Joko semoga Balai Bahasa Sulut makin maju.

 

AWAK MEDIA TERIMA PENYULUHAN BAHASA INDONESIA

Balai Bahasa Kalimantan Tengah menggelar penyuluhan Bahasa Indonesia kepada awak media di wilayah setempat. Kegiatan tersebut berlangsung di Fovere Hotel Palangka Raya mulai 7 sampai dengan 9 Februari 2017.

Kepala Balai Bahasa Kalteng Haruddin M.Hum dalam sambutannya mengatakan semua sudah mahir bahasa Indonesia, tapi tingkat kemahiran seseorang dapat dilihat dari tulisan yang dilempar ke masyarakat.

“Kalangan awak media mungkin menilai sudah baik dan benar dalam penulisan, sedangkan kalangan ahli bahasa menilai masih dalam kategori baik, tapi belum benar. Banyak yang terpeleset karena kebiasaan sehingga lupa akan kaidah bahasa,” katanya.

Haruddin menyatakan, pihaknya mengundang awak media, mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dan organisasi perangkat daerah yang berkaitan dengan media massa untuk mengingatkan kembali kaidah kebahasaan, baik dalam penulisan maupun penuturan.

Kepala Balai Bahasa Kalteng ini menilai penyuluhan bahasa Indonesia merupakan kegiatan yang penting bagi awak media dan konseptor surat resmi, karena kerjaan keduanya menjadi acuan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia.

“Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu dari 750 bahasa daerah di Indonesia. Tidak ada masyarakat yang menentang. Mari jaga, pelihara dan junjung bahasa persatuan. Sadarkan bangsa melalui tulisan pemberitaan maupun surat yang benar,” katanya.

Ketua PWI Kalteng H Sutransyah mengatakan penyuluhan bahasa Indonesia sangat penting bagi awak media, karena penguasaan bahasa Indonesia yang benar merupakan senjata terbaik wartawan dalam menghasilkan karya berkualitas.

Bahasa Indonesia, kata Sutransyah, terus berkembang seiring perkembangan teknologi dan pengaruh dari luar. Penyuluhan ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan awak media sehingga dapat menutupi kelemahan dan kekurangan yang sudah ada selama ini.

“Peserta kegiatan ini harus bisa menyerap semaksimal mungkin materi yang diberikan nara sumber. Dan saya berharap, kegiatan penyuluhan bahasa Indonesia bagi awak media dapat ditingkatkan lagi. Bukan hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitasnya,” pungkasnya.(004/dapos)

PENYAIR ATAU PEMUISI?

Suatu sebutan biasanya menunjukkan sesuatu yang acapkali dikerjakan atau dilakukan seseorang. Dengan kata lain, orang yang menggeluti sesuatu biasanya mendapat julukan sesuai dengan bidang apa yang digelutinya tersebut. Orang yang pekerjaannya bertani disebut petani. Orang yang memberikan ceramah disebut penceramah. Orang yang menekuni bisnis disebut pebisnis. Begitu pula dengan orang yang mata pencariannya menghibur orang lain lewat lawakan disebut pelawak.

Bagaimana dengan orang yang suka menulis atau mencipta puisi? Memang selama ini orang yang kerjanya membuat puisi disebut penyair. Akan tetapi, pemberian sebutan itu sebenarnya kurang – jika tidak ingin dikatakan tidak tepat. Mengapa kurang tepat? Jawabannya sederhana saja, yaitu puisi lebih besar cakupannya disbanding dengan syair. Puisi mencakup puisi lama (puisi terikat) dan puisi baru (puisi bebas), sedangkan syair hanyalah salah satu jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris sebait dan bersajak rata aaaa. Singkat kata, syair hanyalah bagian kecil dari keluarga besar puisi. Dengan demikian, tidaklah dapat dipersamakan antara syair dengan puisi.

Lalu, ungkapan atau sebutan apa yang lebih tepat diberikan kepada orang yang suka membuat puisi. Ada dua sebutan yang pas atau cocok diberikan untuk orang yang kerjanya membuat puisi, yaitu (1) pemuisi dan (2) puisiman. Sebutan yang pertama dibentuk dari kata dasar puisi ditambah dengan awalan pe- dan sebutan yang kedua dibentuk dari kata dasar puisi ditambah dengan akhiran -man. Untuk lebih jelas, proses pembentukannya dapat digambarkan sebagai berikut.

  • puisi + pe- → pemuisi
  • puisi + -man → puisiman

Perlu dijelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia awalan pe- dan akhiran -man mempunyai fungsi yang sama, yakni membentuk kata benda. Di samping itu, awalan pe-  dan akhiran -man juga mengandung arti yang sama, yaitu ’orang yang biasa/pekerjaannya/ gemar melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’. Dipilihnya akhiran -man (bukan akhiran yang lain) dimaksudkan untuk menambah keproduktifan akhiran -man itu sendiri. Selama ini akhiran -man hanya bisa melekat pada kata budi dan seni, membentuk budiman dan seniman.

*) ANHARUDDIN HUTASUHUT