Di Sini Rinduku Tuntas

Buku Di Sini Rinduku Tuntas, Antologi Cerita Pendek Bengkel Sastra 2019 merupakan buku yang berisi cerita-cerita pendek karya dari para guru dan para siswa peserta Bengkel Sastra Penulisan Kreatif Tahun 2019. Mereka dilatih oleh Yanusa Nugroho, seorang sastrawan nasional, cerpenis dengan banyak karya dan penghargaan. Ia didampingi oleh sastrawan daerah yang juga mumpuni, yakni Hamri Manoppo, Fredy Sreudeman Wowor, dan Jenry Koraag, serta pegawai Balai Bahasa Sulawesi Utara, yakni Oldrie Catherina Sorey, Nurul Qomariah, dan Jeannie Lesawengan.

Buku ini dapat diunduh pada tautan berikut.

Di Sini Rinduku Tuntas

Seminar Nasional Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2019

Pada hari Kamis (24/10/2019) Balai Bahasa Sulawesi Utara kembali melaksanakan Seminar Nasional Bulan Bahasa dan Sastra di Hotel Gran Puri Manado dengan tema Membangun Identitas Bangsa dari Keragaman Bahasa dan Sastra. Dalam seminar ini, Dr. Djeinnie Imbang, M.Hum. hadir sebagai moderator, Drs. Alex John Ulaen, D.Ea. dan Dr. Ninny Susanti, M.Hum. sebagai narasumber untuk memberikan materi. Selain moderator dan narasumber, hadir juga peserta dari kalangan siswa dan guru dari berbagai SLTA di Sulawesi Utara, sastrawan-sastrawan di Sulawesi Utara, dosen, mahasiswa, media massa lokal, Duta Bahasa Sulawesi Utara, pegawai Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, dan juga pegawai Balai Bahasa Sulawesi Utara.

Kepala Balai Bahasa Sulawesi Utara Supriyanto Widodo, S.S., M.Hum.
Peserta Seminar Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2019
Dr. Djeinnie Imbang, M.Hum. sebagai moderator dalam seminar

Dalam seminar ini, Dr. Ninny Susanti, M.Hum. membawakan materi  tentang Keberagaman Bahasa dan Aksara yang Merekatkan Bangsa dan Drs. Alex John Ulaen, D.Ea. membawakan materi tentang Keragaman Bahasa Sebagai Modal Membangun Identitas Bangsa. Ketua Panitia, Asis Kamma, S.S. M.Hum. dalam sambutannya, menyampaikan salah satu tujuan dari seminar ini untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Indonesia bagi masyarakat Sulut.  

Dr. Ninny Susanti, M.Hum. membawakan materi
Drs. Alex John Ulaen, D.Ea. membawakan materi

Kegiatan ini ditutup dengan penyerahan hadiah dan piala bagi pemenang Festival Musikalisasi Puisi tingkat SLTA dan Festival Teater tingkat SLTA.

Pemenang-pemenang Festival Teater Tingkat SLTA Tahun 2019
Pemenang-pemenang Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SLTA Tahun 2019

Pentas Sastra “Nyanyian Angsa Merdu” di Balai Bahasa Sulawesi Utara

Balai Bahasa Sulawesi Utara kembali menggelar Pentas Sastra, Sabtu, 31 Agustus 2019. Drama “Nyanyian Angsa” karya Anton Pavlovich Chekhov ditampilkan di Aula Balai Bahasa Sulawesi Utara. Pementasan tersebut dibawakan oleh Teater Wale Kofi Esa.

Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Bahasa Sulawesi Utara, Yunita K.K. Dien, S.S., M.Pd., hadir dan memberikan sambutan dalam acara tersebut. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa Balai Bahasa Sulawesi Utara sangat mengapresiasi perkembangan sastra yang ada di seluruh Provinsi Sulawesi Utara.

Yunita K.K. Dien, S.S., M.Pd. memberikan sambutan

Sebelum pementasan drama dimulai, musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono ditampilkan. Musikalisasi puisi dibawakan oleh Jane Lumi, Natashsya Lumi, Christina Tangapo, Inggrid Pangkey, Adelheid Paraeng, dan Pearly Eirene.

Jane Lumi, Natashsya Lumi, Christina Tangapo, Inggrid Pangkey, Adelheid Paraeng, dan Pearly Eirene membawakan musikalisasi puisi

Dalam pentas drama yang disutradarai oleh Eirene Debora itu, aktor teater kawakan Eric Dayoh tampil gahar sebagai pemeran utama. Eric memerankan Leonardo dengan penuh totalitas sehingga berhasil mengeksplorasi berbagai modal pengalaman keaktorannya.

Sejak pertama kali Eric yang menjadi Leonardo muncul di panggung, tersirat kesunyian, kehampaan, kesepian, dan cinta yang gagal. Eric pun sukses membuat penonton terhanyut dalam alunan ceritanya hingga akhir pementasan.

Pementasan “Nyanyian Angsa” yang dibawakan oleh Teater Wale Kofi Esa sukses menuntaskan dahaga penikmat sastra yang haus pementasan sastra berkualitas. Pentas Sastra 2019 ini dalam rangka menyukseskan Gerakan Literasi Nasional (GLN).

Foto bersama dengan anggota Wale Kofi Esa

AWAK MEDIA TERIMA PENYULUHAN BAHASA INDONESIA

Balai Bahasa Kalimantan Tengah menggelar penyuluhan Bahasa Indonesia kepada awak media di wilayah setempat. Kegiatan tersebut berlangsung di Fovere Hotel Palangka Raya mulai 7 sampai dengan 9 Februari 2017.

Kepala Balai Bahasa Kalteng Haruddin M.Hum dalam sambutannya mengatakan semua sudah mahir bahasa Indonesia, tapi tingkat kemahiran seseorang dapat dilihat dari tulisan yang dilempar ke masyarakat.

“Kalangan awak media mungkin menilai sudah baik dan benar dalam penulisan, sedangkan kalangan ahli bahasa menilai masih dalam kategori baik, tapi belum benar. Banyak yang terpeleset karena kebiasaan sehingga lupa akan kaidah bahasa,” katanya.

Haruddin menyatakan, pihaknya mengundang awak media, mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dan organisasi perangkat daerah yang berkaitan dengan media massa untuk mengingatkan kembali kaidah kebahasaan, baik dalam penulisan maupun penuturan.

Kepala Balai Bahasa Kalteng ini menilai penyuluhan bahasa Indonesia merupakan kegiatan yang penting bagi awak media dan konseptor surat resmi, karena kerjaan keduanya menjadi acuan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia.

“Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu dari 750 bahasa daerah di Indonesia. Tidak ada masyarakat yang menentang. Mari jaga, pelihara dan junjung bahasa persatuan. Sadarkan bangsa melalui tulisan pemberitaan maupun surat yang benar,” katanya.

Ketua PWI Kalteng H Sutransyah mengatakan penyuluhan bahasa Indonesia sangat penting bagi awak media, karena penguasaan bahasa Indonesia yang benar merupakan senjata terbaik wartawan dalam menghasilkan karya berkualitas.

Bahasa Indonesia, kata Sutransyah, terus berkembang seiring perkembangan teknologi dan pengaruh dari luar. Penyuluhan ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan awak media sehingga dapat menutupi kelemahan dan kekurangan yang sudah ada selama ini.

“Peserta kegiatan ini harus bisa menyerap semaksimal mungkin materi yang diberikan nara sumber. Dan saya berharap, kegiatan penyuluhan bahasa Indonesia bagi awak media dapat ditingkatkan lagi. Bukan hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitasnya,” pungkasnya.(004/dapos)

Balai Bahasa : 37 Ragam Bahasa Dayak Kalteng Masih Eksis

KBRN, Palangkaraya : Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menemukan setidaknya 37 ragam bahasa Dayak di Provinsi Oloh Itah. Ragam bahasa ini belum termasuk bahasa yang dibawa oleh kaum pendatang dari luar Kalteng seperti bahsa serapan Banjar, Jawa, Sunda, Batak dan sebagainya.

Demikian disampaikan salah seorang peneliti Balai Bahasa Kalteng, Basori kepada RRI belum lama ini terkait perkembangan bahasa suku Dayak Kalimantan Tengah . Peneliti bahasa ini menjelaskan bahasa merupakan identitas pertama yang melekat pada setiap suku terutama suku Dayak. Ragam bahasa Dayak juga dinilai memiliki  keunikan dan ciri khas yang mencolok dari daerah lain bahkan suku Dayak yang ada di Kalteng.

Berdasarkan penelitian Balai Bahasa hingga kini telah ditemukan kurang lebih 37 bahasa dari beragam suku Dayak di Kalimantan Tengah. Pihaknya menemukan beragam ragam bahasa yang mirip dan memiliki keserupaan. Dalam penelitian ini, Balai bahasa mencoba mengkategorikan ragam bahasa dari hasil  memisahkan 37 persen lebih perbedaan. Kurang dari itu, Balai Bahasa memasukkan ragam bahsa tersebut ke dalam satu rumpun. Walau demikian, hingga kini penelitian tersebut belum dinyatakan berakhir. Masih banyak wilayah pedalaman termasuk di area hulu yang belum dijajaki untuk diteliti lebih jauh.

“Jumlah itu nantinya akan berkembang sesuai dengan penjajakan yang terus  dilakukan”, jelasnya.

Seperti diketahui hingga kini Balai Bahasa mencoba melestarikan produk budaya dan kesenian suku Dayak Kalteng kepada generasi penerus. Balai Bahasa menggiatkan sejumlah program untuk mendata dan menelaah kembali bahsa yang pernah ada, punah  serta yang  masih bertahan di Bumi Oloh Itah. Diharapkan melalaui pendataan dan dokumentasi ini selmua pihak semakin mengerti kahasanah dan luasnya kekayaan adat istiadat dan budaya Dayak. Dengan demikian para penerus dapat lebih mencintai dan menjunjung tinggi budaya nenek moyangnya di masa depannya nanti. (NATA)

Balai Bahasa Inginkan UKBI menjadi Syarat Penerimaan CPNS

BORNEONEWS, Palangka Raya – Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah menginginkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) menjadi salah satu syarat penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Indonesia. Hal ini diungkapkan Haruddin, Kepala Balai Bahasa Kalteng saat membuka Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Awak Media se-Provinsi Kalimantan Tengah sejak tanggal 7 hingga 9 Maret 2017 di Hotel Fovere Palangka Raya.
“Saat penerimaan CPNS sebenarnya kita berharap ada UKBI. Ini kebijakan Balai Bahasa, tapi seperti yang kita tahu kebijakan bisa kalah dengan kekuasaan,” ungkap Haruddin saat membuka kegiatan.

Untuk mewujudkan harapan ini, lanjut dia, pemegang kekuasaan seharusnya yang mencetuskannya. Bisa Wali Kota atau bisa juga Gubernur, bahkan Presiden.
“Balai Bahasa selama ini hanya bisa mewujudkan ini pada beberapa lembaga. Salah satunya kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia saat akan yudisium dan wisuda, diwajibkan untuk memiliki sertifikat UKBI,” tambahnya.
UKBI berisikan tes terhadap kemampuan mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis dan berbicara. Pengelaannya selalu terpusat serta sertifikat dikeluarkan Badan Bahasa, ditambah penyusunan pedoman pelaksanaan UKBI.

“Masa kita kalau melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar ada tes TOEFL tapi untuk UKBI tidak bisa dilaksanakan,” sesalnya. (TESTI PRISCILLA/B-8)

BAHASA ASING PADA PAPAN NAMA USAHA

Bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri. Harapan tersebut akan terwujud jika bahasa Indonesia telah digunakan sebagai alat komunikasi sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Namun, fakta yang ada saat ini menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Peran bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan mulai tergeser bahkan tergusur oleh bahasa asing. Hal ini, misalnya, dapat dilihat pada berbagai media iklan, nama-nama usaha, dan siaran televisi kita.

Globalisasi yang menawarkan isu perdagangan bebas telah memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap perjalanan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia seakan-akan menjadi subordinasi bahasa asing (terutama bahasa Inggris) yang peranannya begitu penting dalam komunikasi di bidang iptek dan ekonomi.

Penggunaan bahasa asing pada papan-papan nama usaha di Kota Medan mulai marak sejak reformasi bergulir tahun 1998. Pusat perbelanjaan dan perusahaan jasa merupakan bidang usaha yang paling banyak menggunakan bahasa asing. Kemajuan iptek dan pertumbuhan perekonomian yang semakin meningkat telah mendesak bahasa Indonesia ke dalam posisi yang saling bersaingan dengan bahasa asing. Penggunaan bahasa asing pada papan nama usaha di Kota Medan tidak hanya merambah usaha berskala besar, tetapi juga usaha berskala menengah dan kecil.

Bila diamati dengan saksama, penggunaan bahasa asing pada papan-papan nama usaha di Kota Medan memperlihatkan berbagai jenis variasi. Variasi tersebut, antara lain:

  1. Pemakaian kosakata bahasa asing yang sebenarnya sudah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, seperti supermarket, shop, fashion, laundry, bakery, catering, tailor, travel, service, dan electronic.
  2. Pemakaian kosakata bahasa Indonesia, tetapi dengan struktur bahasa asing, seperti Serdang Jaya Perabot, Matahari Optik, Ada Jadi Mobil, Citra Nasional Taksi, Indah Foto, dan Simponi Reklame.
  3. Pemakaian kosakata bahasa asing, tetapi dengan struktur bahasa Indonesia, seperti Service Electronic, Service Handphone, dan Restaurant Seafood.
  4. Pemakaian kosakata bahasa asing yang bercampur dengan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa asing, seperti Amri Tailor, Mandala Laundry, Prima Copy Centre, Tiara Electronic, Gemilang Education, Mawar Bakery and Cake Shop, Sahabat Service Motor, Berjaya Travel, dan Glugur Residence.
  5. Pemakaian kosakata bahasa asing yang bercampur dengan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Indonesia, seperti Laundry Kiloan, Service Sepeda Motor, Bengkel Ketok Magic, Pasar Buah Deli Fresh, Rumah Makan Seafood, dan Rumah Makan Cap Go Can.
  6. Pemakaian bahasa asing dengan struktur bahasa asing, seperti Success Computer, Sun Education Centre, Stopwash Laundry & Dry Clean, Queen Internet Cafe, Trophy Tour & Travel, Domestic Rent Car, dan Yummy Food Court.

Penggunaan bahasa asing dengan berbagai jenis variasi pada papan-papan nama usaha di Kota Medan muncul karena dua hal. Pertama, para pemilik atau pelaku usaha ternyata ada yang tidak menyadari bahwa kata-kata yang mereka gunakan pada papan nama usaha mereka adalah kata-kata asing. Pengusaha jasa pencucian pakaian, misalnya, sebagian tidak tahu bahwa laundry itu merupakan kata asing. Mereka menggunakan kata laundry karena melihat pengusaha lain yang sejenis juga menggunakan kata laundry. Selain itu, ditemukan juga beberapa pelaku usaha yang tidak tahu bahwa mereka telah menggunakan struktur bahasa asing pada papan nama usaha mereka. Banyak papan nama usaha yang memang menggunakan kosakata bahasa Indonesia, tetapi strukturnya memakai struktur bahasa asing.

Kedua, sebagian pelaku usaha menyadari bahwa mereka menggunakan bahasa asing pada papan nama usaha mereka. Pelaku usaha yang termasuk dalam kelompok ini dapat dibagi atas dua subkelompok, yaitu (1) pelaku usaha yang mengerti arti kata-kata asing yang mereka gunakan pada papan nama usaha mereka –pada umumnya mereka bisa menggunakan ejaan dan struktur bahasa asing dengan benar– dan (2) pelaku usaha yang hanya tahu bahwa kata-kata yang mereka gunakan pada papan nama usaha mereka adalah kata-kata asing, tetapi tidak mengetahui artinya secara tepat.

 

Mengapa Menggunakan Bahasa Asing?

Ada dua alasan mengapa para pelaku usaha di Kota Medan menggunakan bahasa asing. Pertama, sebagian dari mereka mengakui bahwa bahasa asing itu sengaja digunakan untuk mendapatkan citra positif bagi usahanya. Mereka mengatakan bahwa penggunaan kata-kata asing (terutama Inggris) dinilai dapat memberikan kesan lebih bagus, lebih berkualitas, lebih bergengsi, lebih berkelas, dan sebagainya. Kata tour dan travel, misalnya, dianggap lebih memiliki nuansa makna seperti yang disebutkan di atas daripada kata wisata dan perjalanan. Kata wisata dan perjalanan dianggap tidak menarik dan tidak bergengsi.

Kesan atau citra yang mereka anggap posisif tidak hanya berkenaan dengan penggunaan kata-kata asing, tetapi juga berkenaan dengan struktur bahasa asing meskipun kosakata yang digunakan adalah kosakata bahasa Indonesia. Struktur seperti Serdang Jaya Perabot, Indoputra Mobil, Bintang Utama Motor, Mandiri Foto, dan Gita Salon adalah struktur bahasa asing (Inggris) karena disusun berdasarkan hukum MD (menerangkan diterangkan). Jadi, unsur Serdang Jaya, Indoputra, Bintang Utama, Mandiri, dan Gita dalam frasa di atas adalah unsur menerangkan, sedangkan unsur Perabot, Mobil, Motor, Foto, dan Salon merupakan unsur diterangkan. Dalam bahasa Indonesia, struktur yang lazim adalah mengikuti hukum DM (diterangkan menerangkan) sehingga frasa di atas harus diubah susunannya menjadi Perabot Serdang Jaya, Mobil Indoputra, Motor Bintang Utama, Foto Mandiri, dan Salon Gita. Yang menjadi persoalan adalah perubahan struktur dari MD menjadi DM dinilai dapat mengurangi atau menghilangkan kesan atau citra positif seperti disebutkan di atas.

Kedua, sebagian dari pelaku usaha hanya ikut-ikutan menggunakan bahasa asing atau terpengaruh orang lain. Kelompok ini sebenarnya tidak pernah berpikir bahwa bahasa asing yang mereka gunakan itu dimaksudkan untuk mendapatkan kesan atau citra tertentu, seperti lebih bermutu, lebih bergengsi, lebih menarik, lebih berkelas, dan sebagainya. Mereka menggunakan bahasa asing karena melihat pelaku usaha lain yang sejenis juga menggunakan bahasa asing.

 

Kembali ke Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di republik ini. Pentingnya peranan bahasa itu, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: ”kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” dan pada Undang-Undang Dasar negara kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa ”bahasa negara adalah bahasa Indonesia”.

Penggunaan bahasa Indonesia secara nasional merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia. Bangsa ini tidak akan memiliki kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan seluruh suku bangsa yang ada di Nusantara. Bahasa Indonesia telah berperan sebagai alat pemersatu antarrakyat Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan suatu simbol yang menunjukkan identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika pelaku-pelaku usaha kita kembali ke bahasa nasional, yaitu menggunakan bahasa Indonesia pada papan nama usaha mereka.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pasal 36 ayat 3 berbunyi: ”Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, komplek perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau yang dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia”.

Menurut Ridwan (2006), untuk pemertahanan suatu bahasa, khususnya bahasa nasional kita bahasa Indonesia, perlu dikembangkan sikap positif. Pengembangan sikap positif adalah suatu langkah dan upaya dalam pembinaan dan pengembangan sikap dan rasa bangga dalam memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Jika dihadapkan pada pilihan, misalnya menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing, akan memiliki sikap bahasa untuk: (1) lebih mendahulukan dan mengutamakan bahasa Indonesia; (2) jika telah terdapat padanan dalam bahasa Indonesia lebih mendahulukan pemakaiannya; dan (3) bahasa Indonesia harus menjadi ”ladang bahasa bersama” yang harus diolah dan disuburkan.

Kita membutuhkan kesungguhan dankomitmen yang kuat dari seluruh elemen bangsa Indonesia untuk membuat bahasa Indonesia menjadi tuanrumah di negara sendiri.

*ANHARUDDIN HUTASUHUT

RANKING DAN NOMINATOR

 “Aduh, anak Ibu ranking berapa, ya?”, “Ayo, Sahata masih ranking satu?”. Pertanyaan semacam itu senantiasa dilontarkan Ibu kepada Sahata setiap akhir semester, ketika pembagian rapor tiba. Atau sebelum pertanyaan itu muncul, malah Sahata yang terlebih dulu melonjak girang dan berteriak: “Asyik! Bu, Sahata dapat ranking satu! Hore!”. Sahata memang anak yang cerdas.

Kata ranking sudah sangat akrab di telinga kita. Anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar pun dengan fasih melafalkan kata tersebut. Tentu kita memiliki kesepakatan bahwa ranking itu diartikan ‘peringkat’. Oleh karena itu, kalau ada pertanyaan seperti berikut.

  • “Kau ranking berapa?”
  • “Nesya dapat ranking?”
  • “Kamu kok cuma dapat ranking tiga?”

Maka dapat disimpulkan makna pertanyaan di atas seperti di bawah ini.

  • “Kau peringkat berapa?”
  • “Nesya dapat peringkat?
  • “Kamu kok cuma dapat peringkat tiga?

Padahal pengertian kata ranking sebagai ‘peringkat’ tidaklah tepat. Dalam bahasa Inggris, kata ranking berarti ‘pemeringkatan’. Pemeringkatan adalah proses menyusun urutan berdasarkan tolok ukur tertentu. Nah, hasil proses penyusunan urutan itu disebut rank. Tetapi kata rank tidak kita serap ke dalam bahasa Indonesia. Jadi tidak serta-merta kalimat “Asyik! Bu, Sahata dapat ranking satu! Hore!” berubah menjadi “Asyik! Bu, Sahata dapat rank satu! Hore”. Namun perlu diketahui, dalam bahasa Indonesia padanan rank adalah peringkat. Maka kalimat (4), (5), dan (6) di atas tepat untuk digunakan. Tetapi, seperti yang sudah dijelaskan tadi, kata ranking tidaklah bermakna peringkat.

* * *

Kesalahan pemahaman seperti di atas memang sering terjadi. Perhatikan  kalimat-kalimat berikut ini.

  • Taufik Hidayat merupakan nominator atlet terbaik Indonesia 2007 versi Tabloid Bola.
  • Aktor ternama Dedy Mizwar termasuk dalam deretan nominator peraih Piala Citra.
  • Surat kabar Analisa menjadi nominator surat kabar yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tahun 2015 versi Balai Bahasa Sumut.

Dalam setiap perlombaan atau festival hampir selalu ada beberapa orang atau sesuatu lembaga yang diunggulkan untuk dicalonkan sebagai pemenang. Orang atau sesuatu yang dicalonkan sebagai pemenang itu sering disebut nominator. Namun kadang-kadang ada juga yang menyebutnya sebagai nomine.

Mana di antara kedua kata itu yang tepat penggunaannya?

Kata nominator berasal dari kata kerja nominate (bahasa Inggris), berarti ‘mengusulkan atau mengangkat seseorang sebagai calon pemenang atau penerima anugerah’, dan nominator berarti ‘orang yang mengusulkan atau mengangkat calon pemenang’. Oleh karena itu, penggunaan kata nominator untuk menyatakan makna ‘calon yang diunggulkan sebagai pemenang’ tidak tepat.

Untuk menyatakan ‘orang yang dicalonkan atau diunggulkan sebagai pemenang’ lebih tepat digunakan kata nomine (bahasa Inggris: nominee), bukan nominator. Selain itu, kata unggulan juga dapat digunakan untuk mengungkapkan makna itu. Untuk lebih jelas, berikut ini tercantum contoh yang tepat.

  • Taufik Hidayat merupakan nominator atlet terbaik Indonesia 2007 versi Tabloid Bola.
  • Aktor ternama Dedy Mizwar termasuk dalam deretan nominator peraih Piala Citra.
  • Surat kabar Analisa menjadi nominator surat kabar yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tahun 2010 versi Balai Bahasa Medan.

Atau dapat juga ditulis seperti berikut ini.

  • Taufik Hidayat merupakan unggulan atlet terbaik Indonesia 2007 versi Tabloid Bola.
  • Aktor ternama Dedy Mizwar termasuk dalam deretan unggulan peraih Piala Citra.
  • Surat kabar Analisa menjadi unggulan surat kabar yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tahun 2006 versi Balai Bahasa Medan, Depdiknas.

Demikian, selamat menggunakan!

HASAN AL BANNA

Program Penulisan Mastera: Novel, Wahana Tingkatkan Kreativitas Penulis Muda Asia Tenggara

Cianjur — Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) sangat berpotensi untuk meningkatkan kreativitas penulis-penulis muda di Asia Tenggara khususnya negara anggota Mastera. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pelaksana dan Sekretaris Mastera Indonesia, Dr. Ganjar Harimansyah mewakili Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berhalangan hadir saat membuka Program Penulisan Mastera: Novel di Hotel Yasmin, Cianjur, Jawa Barat, Minggu, 7 Agustus 2016.

Selanjutnya, Ganjar menambahkan bahwa salah satu hal terpenting dalam penyelenggaraan tahun ini adalah harus ada efek terhadap komunitas, “Jadi, selain mempunyai karya yang sudah diterbitkan, peserta juga harus terlibat aktif dalam komunitas kesastraan dan kepenulisan, karena diharapkan selesai dari kegiatan ini dapat menularkan pengalaman dan ilmu yang didapat,” tambahnya.

Mastera yang beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sudah memulai program ini sejak tahun 1997. Dan untuk Indonesia diwakili oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program penulisan ini tidak hanya novel, tetapi ada esai, puisi, cerpen, dan naskah drama.

 “Kiprah penulis yang telah mengikuti program ini juga sudah banyak, dan program ini tidak sekadar pelatihan tetapi juga penjalinan ukhuwah Antarpenulis di negara anggota Mastera,” ungkap Ganjar.

Nantinya, “Peserta akan dibimbing oleh empat orang pembimbing dari Indonesia yaitu Ahmad Tohari, Agus R. Sardjono, Triyanto Triwikromo, dan Abidah El Khailaqy, satu orang pembimbing dari Malaysia, Kamariah binti Kamarudin, dan satu orang pembimbing dari Brunei Darussalam, Norsiah Abdul Gapar,” kata Ganjar menutup sambutannya.

Penulis yang terseleksi untuk mengikuti program ini sebanyak 17 orang, 13 orang dari Indonesia, dua orang dari Malaysia, dan tiga orang dari Brunei Darussalam. Namun, untuk peserta dari dari Thailand dan Singapura tidak bisa hadir karena kendala teknis di negaranya.

Maemunah, peserta dari Cirebon, mengatakan bahwa ia sangat bersyukur bisa bergabung, bertemu banyak teman, dan belajar banyak hal dalam kepenulisan, “Saya berharap sekali bisa menambah lagi (ilmu) bagaimana cara penulisan yang baik dan mengemas sebuah novel menjadi menarik. Kemudian, Inung Setyani peserta dari Tarakan, Kalimantan Utara, berharap mendapatkan banyak masukan dari pembimbing dalam menyempurnakan novel yang sedang ditulisnya. (an/tr)

 

Mastera Gandeng Sastrawan Dorong Penulis Muda Tingkatkan Kreativitas

Cianjur — “Sastrawan itu tidak kalah penting dari insinyur, ekonom, bahkan politikus. Indonesia sudah terlalu lama menafikan kesusastraan, pada masa lalu para sastrawan itu membangun bangsa, dan sekarang ini di Indonesia banyak orang pandai tetapi kurang sensitif,” tutur Ahmad Tohari, sastrawan dan penulis novel yang menjadi pembimbing pada kegiatan Program Penulisan Mastera: Novel di Hotel Yasmin, Cianjur, Jawa Barat, Minggu malam, 7 Agustus 2016.

“Melalui sastra, kita bisa membangun perasaan (jiwa), tidak seperti sekarang ini, banyak orang pandai tetapi banyak juga korupsi,” lanjut Ahmad.

Kemudian, ia berpesan, “Jangan pernah merasa “jadi” karena menjadi penulis itu merupakan suatu proses (berproses dalam kepenulisannya) yang tidak pernah merasa “jadi”, sehingga akan terus berkembang,” pesan Ahmad kepada semua peserta yang hadir.

Selanjutnya, Triyanto Triwikromo, penulis yang juga menjadi pembimbing kegiatan ini mengibaratkan bahwa menulis itu sesungguhnya adalah sebuah jalan, dimana setiap jalan memilki keterjalannya masing-masing. Ia juga mengibaratkan menulis novel itu seperti hantu, karena selalu menggoda, “Ketika Anda menulis novel maka perlahan hantu itu akan ikut menghilang, tetapi ketika telah selesai menulis, hantu yang lain akan terlihat dan menggoda anda (penulis) kembali,” ujar Triyanto disambut derai tawa peserta yang hadir.

Abidah El Khailaqy, penulis dan pembimbing lainnya berpesan bahwa menulis tidak hanya untuk sastra dan seni, “Karena menulis juga memilki misi yang banyak dan besar, bahkan bisa menciptakan suatu peradaban,” ujarnya.

Pengarang-pengarang kreatif di negara anggota Mastera khususnya dan di negara-negara Asia Tenggara pada umumnya (penyair, cerpenis, esais, dan penulis naskah drama) tumbuh dan berkembang lebih banyak secara mandiri, tanpa bimbingan mereka (penulis) yang lebih berpengalaman menulis. Namun, dengan hanya membiarkan bakat bertumbuh sendiri, mereka belum tentu akan menghasilkan karya-karya unggulan karena mungkin saja bakat yang sudah ada tidak memperoleh kondisi yang kondusif untuk berkembang. Pengarang-pengarang kreatif tersebut memerlukan sebuah wahana yang secara khusus mampu mengembangkan bakat tersebut sehingga dapat berkembang secara optimal yakni bengkel penulisan. Wahana tersebut akan memberikan kesempatan bagi pengarang-pengarang kreatif untuk saling mengoreksi kekurangan mereka, juga bertukar pengalaman tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penulisan kreatif.

Berdasarkan asumsi tersebut, Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand sebagai negara anggota Mastera menyadari pentingnya penyelenggaraan bengkel penulisan kreatif yang kemudian berubah namanya menjadi Program Penulisan Mastera dicetuskan sejak tahun 1997. Genre karya pada program penulisan ini bergilir dengan urutan puisi, cerpen, esai, dan drama. Program Penulisan Mastera yang telah dilaksanakan dengan genre puisi (1997, 2002, 2007, dan 2012), genre cerpen (1998, 2003, 2008, dan 2013), genre esai (1999,2004,2009, dan 2014), genre drama (2000, 2005, 2010, dan 2015), dan genre novel (2001, 2006, dan 2011). Pada tahun 2016 diselenggarakan Program Penulisan Mastera dengan genre novel.

Kegiatan yang berlangsung selama seminggu (7—13 Agustus 2016) ini, bertujuan memberikan kesempatan kepada novelis-novelis muda negara anggota untuk memperluas wawasan dan kemampuan teknis penulisannya, dengan bertukar pengalaman kreatif sesama peserta dan dengan novelis-novelis senior.

Melalui kegiatan tersebut, novelis muda diharapkan jadi lebih mengenal situasi penulisan novel di negara masing-masing, mengambil manfaat dari pandangan dan kritik sesama novelis muda, juga menjadi wadah untuk menyerap pengalaman kreatif, baik dari novelis senior maupun dari sesama novelis muda untuk novel-novel yang akan ditulisnya. (an)